Warga Desa/Kecamatan Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, telah menyadari sektor wisata untuk menopang perekonomian mereka sehingga banyak warga yang menjual jasa ojek, menjual makanan, dan minuman, serta berjualan suvenir di sekitar area Candi Borobudur yang merupakan salah satu situs warisan dunia itu.
Kepala Desa Borobudur Suherman menyebutkan, daerahnya dihuni sekitar 3.000 kepala keluarga (KK) atau sekitar 10 ribu jiwa. Mereka mendiami 21 dusun, yang terbagi dalam 54 rukun tetangga (RT). "Dari 3.000 kk itu, sekitar 700 kk berkerja di sektor wisata. Di antaranya jasa parkir, penjaga toilet, transportasi, PKL (pedagang kaki lima), perajin, seniman, dan pemilik atau pengelola homestay," tutur Suherman saat ditemui Media Indonesia, Selasa (25/10). Jumlah wisatawan yang datang ke candi pun sangat besar. Tercatat, kunjungan wisatawan domestik ke candi peninggalan agama Buddha dari Wangsa Syailendra itu mencapai kisaran 3,5 juta orang per tahun.
Adapun kunjungan wisatawan mancanegara rata-rata mencapai 300 ribu per tahun. "Rata-rata wisatawan membelanjakan Rp100 ribu per orang per hari. Itu potensi penghasilan yang besar," ujar Suherman. Mencermati kondisi itu, lanjut Suherman, pada 2012, Pemerintah Desa (Pemdes) Borobudur membentuk badan usaha milik desa (BUMDes).
Mulanya, desa menggelontorkan dana stimulus dari pendapatan asli desa (PADes) senilai Rp. 30 juta. Manajer BUMDes Graha Mandala Desa Borobudur Mohammad Sarifudin menerangkan, BUMDes Graha Mandala khusus bergerak di sektor pelayanan wisata pengunjung. Dengan modal awal Rp. 30 juta, BUMDes kini memiliki sembilan unit usaha. Sebagian unit usaha dikelola bersama PT Taman Wisata Candi Borobudur (TWCB).
Sembilan unit usaha itu ialah pencucian kain sarung yang digunakan wisatawan untuk menaiki area candi, penyewaan kereta kelinci, penyewaan toilet umum, gerai oleh-oleh, kerajinan handycraft, agrowisata kelengkeng dan melon, penyewaan kios PKL, warung kopi di balai ekonomi desa, dan kolam renang. "Total keuntungan BUMDes dari pengelolaan sejumlah usaha itu mencapai Rp. 90 juta hingga Rp.100 juta per bulan. Warga Desa Borobudur ikut menikmatinya dan perekonomian warga desa tumbuh lebih baik," ujar Sarifudin. Camat Borobudur Nanda Cahyadi mengatakan, keuntungan dari BUMDes ada yang masuk ke APBDes dari pos PADes.
Tingginya pendapatan desa membuat warga lebih mandiri secara ekonomi dan tidak bergantung pada bantuan dana pemerintah. "Ini menunjukan masyarakat, perangkat, dan kepala desanya memiliki jiwa entrepreneur," ujar Nanda. (TS/N-1)
Sumber : Media Indonesia