Warta PNPM Mandiri Perdesaan, Buleleng.
Keberadaan Kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP) Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan begitu strategis dalam membantu ekonomi rumah tangga masyarakat. Bahkan perguliran dana yang diserap kelompok SPP juga membantu masyarakat miskin.
Sayangnya keberadaan kelompok SPP dalam program PNPM relatif masih banyak kategori kelompok channeling. Yakni kelompok yang menyerap dana pinjaman kemudian sebatas mengangsur dari nilai pinjaman tersebut. Belum terlihat adanya kelompok yang memiliki tabungan kelompok. Karena itu kelompok eksekuting menjadi target. Demikian hal yang terungkap dari Workshop Penguatan dan Pengembangan Kelompok SPP yang diselenggarakan oleh BPMPD Kabupaten Buleleng. Ada 80-an Peserta Workshop yang terdiri dari ketua ketua kelompok SPP PNPM MPd dan pendamping lokal se-Kabupaten. Bertindak sebagai narasumber Fasilitator Keuangan Kabupaten PNPM-MPd Nyoman Riawan, Dosen Universitas Panji Sakti Putu Suardika dan I Gede Mustika Divisi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat dan Kelestarian Lingkungan Yayasan Maha Bhoga Marga Denpasar. Menurut Nyoman Riawan, kelompok eksekuting adalah kelompok yang otonom dalam mengelola pinjaman keuangan dari PNPM-MPd. Ada persyaratan untuk menjadi kelompok eksekutif seperti tertib administrasi, memiliki pertemuan rutin, memiliki simpanan wajib serta sukarela dari anggota, pengurus dan lain seterusnya. Di Kabupaten Buleleng ini catatan perkembangan kelompok SPP di UPK masih ada tunggakan diatas Rp.100.000.000,-.Tunggakan itu setelah ditelesuri merupakan kelompok fiktif. Karena itu Pendamping Lokal dapat menjadi pengendali dari progres pengembangan kelompok. Selalin itu kelompok yang sudah berdiri dan berkembang harus tetap menjaga tertib administrasi dan kewajiban dalam angsuran.
Jalannya workshop begitu dinamis, dimana para ketua kelompok yang terdiri dari ibu–ibu begitu antusias untuk bisa naik grade statuss menjadi kelompok eksekuting. Namun ketika Pembicara Riawan menyodorkan tentang nilai indikator kategori kelompok, kebanyakan masih taraf kelompok pemula dan berkembang. Senada dengan Riawan, Gede Mustika menyatakan kelompok SPP Executing lebih mengedepankan kelompok yang menjalankan perannya dalam hal penguatan modal kelompok.
Kelompok mengelola dana bergulir (pemutus) dan memperluas pelayanan pinjaman. Tak dipungkiri Kelompok SPP kategori channeling relative masih banyak. Ada kelebihannya yakni proses kelompok sangat sederhana dan mudah. Sangat cocok bagi kelompok masyarakat kecil. Sedangkan kelemahannya adalah minim pemberdayaan kelompok dalam hal pengelolaan dan cenderung mudah bubar. Apa yang mesti dilakukan untuk meningkatkan kelompok channeling eksekuting? Menurut Gede Mustika perlu adanya AD/ART, Keanggotaan, kepengurusan beserta dengan persyarartaannya masing-masing, SOP Simpanan, SOP Pinjaman, perangkat administrasi yang cukup lengkap dan memastikan adanya lembanga pendamping yang berkelanjutan.
Kasubbid Penanggulangan kemiskinan BPMPD Madong Hartono, S.Pd. menyatakan bahwa dari workshop ini setidaknya ada 8 kelompok dari tiap kecamatan yang telah memberi andil dalam dana perguliran PNPM Mandiri Perdesaan akan meningkat menjadi kelompok matang dan kelompok eksekuting yang mampu mengelola dana Rp.150.000.000,-. Membaca perkembangan kelompok SPP yang cukup produktif, Putu Suardika mengatakan pentingnya pembinaan kepada kelompok .Pembinaan ini bisa dilakukan dari UPK, Satker Faskeu.